Media Komunikasi Mahasiswa PGSD

Sabtu, 13 Juni 2009

Lemahnya kontrol mahasiswa PGSD Kebumen thd kebijakan stakeholder

Beberapa hari yang lalu saya memposting sebuah wacana dalam sebuah forum diskusi facebook. Garis besarnya, saya menyoroti bahwa kontrol sosial mahasiswa masih lemah.

Dalam tridarma perguruan tinggi tersurat secara jelas bahwa selain pendidikan dan penelitian, pengabdian kepada masyarakat juga menjadi darma para civitas akademik. Dalam pengabdian masyarakat mahasiswa dituntut untuk dapat berkontribusi terhadap kemaslahatan civic society tersebut. Fenomena faktual yg ada dewasa ini, mahasiswa apatis terhadap kebijakan yang dibuat baik oleh pemerintah maupun otoritas unversitas. Pameo 'narimo ing pandum' menjadi relevan dalam hal ini.

Di saat mahasiswa perguruan tinggi lain (kbm-red) dengan membara mengkritisi kenaikan harga BBM kita memilih asyik untuk menontonnya. Lebih konkret, adanya 'pungli' tiap semesternya ala kampus dengan dalih andil dalam percepatan mutu & kualitas dan 'uang lelah' para dosen, kita memilih diam di tempat. Tapi kita akan memper-gunjingkan hal tsb di belakang.... ^manusiawi^

Baru-baru ini, mahasiswa berprestasi mendapat beasiswa dari pemerintah melalui universitas-universitas di Indonesia. Nominal angka rupiah beasiswa yang 'kurang dari cukup' -pun masih ditilang di tengah jalan alih2 biaya administrasi. Lagi-lagi kita memilih diam walaupun nurani kita menentangnya.

Dimana kontrol mahasiswa kita? Padahal secara empirik mahasiswa sudah terbukti mampu menggulingkan sebuah penguasa negara. Idealisme dan kekuatan intelektual mahasiswa menjadi senjata yang mematikan. Fungsikan OTAK secara maksimal, jangan terjebak pada feodalisme OTAK. Kita (mahasiswa-red) lah yang memiliki kontrol kebijakan agar para pembuat kebijakan tidak semena-mena.

Menurut anda bagaimana anda melihat dan bersikap terhadap abstraksi yang saya uraiakan di atas?

Saya tunggu kontribusi OTAK anda...
Tx. :)

3 komentar:

Djatmiko mengatakan...

Bukan lemah, lagi.. namun pasrah adanya berbagai kecurngan terjadi di depan mata. Tahun 2005/2006 kita ingin melakukan hal yang di bahas kali ini. Namun ketakutan akan posisi sbg mahasiswa jauh lbh besar (faktor klasik, yaitu "nilai").
sekarang dg terbukanya berbagai informasi, tidak ada lagi alasan untuk takut.. Hidup MAHASISWA!!!

Prima Yoga S. mengatakan...

Ya itulah salah satu kelemahan sistem pendidikan di kampus ini. Tidak adanya transparansi nilai sebagai hak mutlak mahasiswa. Tentu saja dosen dengan otoritas penuh bebas memberikan nilai 'berapapun' yang dianggap pantas (luwes). Apalagi kalau ada mahasiswa yg kritis thd kebijakan kampus, siap2 lah mendapat nilai yg tdk memuaskan, bahkan diancam masa depan CPNS-ny kelak...hehh, sungguh klasik tur kuno. Kenapa OTAK mereka tdk di-upgrade menuju budaya 'good education' yg meliputi aspek transparansi, akuntabilitas serta responsif terhadap suara mahasiswa. Bukan malah mengintimidasi!

Anonim mengatakan...

Lemah? Ha...ha...ha...ha...!!!!! Lha mau berbuat apa? Mau ikut-ikutan?